Mengenal Lebih Dekat dengan Owner Madame Schotel
Menikah dengan lelaki yang dicintai adalah mimpi setiap wanita di seluruh dunia. Kebahagiaan membangun rumah tangga hingga mengurus dan membesarkan anak bersama rasanya sudah terbayang oleh Irmaya Haryuni. Ya, tahun 2008 adalah tahun yang dinanti-nanti Irma, begitu ia biasa dipanggil. Pasalnya kira-kira enam bulan lagi ia akan dipersunting oleh lelaki pujaannya.
Namun seketika kebahagiaan tersebut sirna berubah menjadi kesedihan dimana pada tahun yang sama, ia divonis mengidap kanker payudara ganas yang mengakibatkan payudaranya harus diangkat. Kala itu, Irma memasuki usia 27 tahun. Usia yang masih terbilang muda untuk mengidap sebuah penyakit yang mematikan bagi puluhan ribu wanita di dunia. Keresahan bergejolak di dadanya. Bagaimana cara ia menjelaskan kepada calon suami dan keluarganya. Irma merasakan mimpi-mimpi indah pernikahan mulai menjauh darinya. Ia pasrah jika kelak calon suami dan keluarga besarnya meninggalkannya. Ketika ia pasrah akan nasibnya, saat itulah calon suami dan keluarganya justru mendukung langkah Irma untuk melakukan operasi pengangkatan payudara.
Sebelum memutuskan untuk melakukan operasi, terlebih dahulu Irma pergi ke Jakarta untuk mendapatkan second opinion dari dokter lain, tetapi ternyata hasilnya sama dengan hasil prediksi dokter di Surabaya bahwa ia mengidap kanker payudara ganas. Dengan berat hari, Irma pulang ke Surabaya untuk melakukan operasi pengangkatan payudara. Alasan kepulangannya ke kampung halaman adalah agar saat menjalani proses operasi ia berada didekat keluarga tercinta. Seluruh keberanian dan tekad yang ia keluarkan untuk menjalani operasi pengangkatan payudara. Selang seminggu setelah operasi, kabar buruk kedua menghampirinya. Ia dipecat atau diberhentikan dari tempat ia bekerja. Sedih, kecewa, marah, semuanya menjadi satu. “Kau berikan aku penyakit ini (kanker payudara), lalu pekerjaanku pun juga Kau ambil. Sekarang apa lagi? Ambil saja nyawaku sekalian” umpat Irma kala itu. Ia merasa tidak ada gunanya ia hidup.Tidak punya uang, ia pun coba melamar pekerjaan ke perusahaan lain. Hasilnya pun nihil, penolakan yang ia terima. Karena apa? Karena kanker payudara. “Sungguh penyakit ini telah mengambil banyak hal dariku” ucap Irma.
Pengobatan yang ia jalani, seperti kemoterapi dan radiasi membuat ia kehilangan mahkotanya, rambut. Gundul, botak, inilah yang menggambarkan dirinya saat itu. Tidak terima dengan fisiknya kala itu, Irma memutuskan untuk mengenakan wig dikesehariannya agar tetap terlihat stylish. Namun, apa yang didapat? Malah kerepotan dan penyakit baru. Kulit kepalanya mulai gatal dan kerap dilanda pusing akibat terlalu sering mengenakan wig. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk berhijab. Irma tersadar selama ini ia sombong kepada Tuhan. “Mungkin ini cara Ia menegurku untuk lebih dekat dengan-Nya” pikirnya. Mulai saat itu ia mulai belajar ikhlas akan cobaan kehidupan yang ia dapatkan dengan mendekatkan diri kepada sang maha pencipta, Allah S.W.T.
Kebencian Irma terhadap perusahaan tempat ia bekerja dulu, mulai berangsur berubah menjadi semangat positiv untuk membuktikan kepada pimpinan dan rekan-rekan kerjanya bahwa ia dapat meraih kesuksesan dengan caranya sendiri. Irma belajar mengenal dirinya, mencari tahu kreasi apa yang dapat ia kembangkan. Terbukti dengan hati yang tenang dan ikhlas, Irma mulai berkreasi membuat makaroni panggang di Surabaya. Dengan bantuan sang Ibu dan Suami tercinta, Irma mampu menghadirkan kreasi makaroni panggang yang ia pasarkan secara online dengan nama, Madame Schotel. Saat ini pun penghasilan yang ia terima dari penjualan makaroni panggang lebih besar dari gaji bulanan yang biasa ia dapatkan saat masih bekerja di perusahaan sebelumnya.
“Kanker payudara membuat saya belajar banyak hal. Belajar menghargai hidup, bahkan setiap udara yang saya hirup, saya syukuri” ucapnya saat ini. Menurutnya, Tuhan punya jalan lain untuk dirinya. Memang Tuhan mengambil banyak hal darinya, tetapi Tuhan menggantinya dengan beribu kali lipat berkahNya. Sekarang dengan bisnis barunya, Irma mulai kembali membangun kepingan mimpi-mimpinya. Ia bermimpi untuk mengembangkan bisnis makaroni panggangnya ini tidak hanya sebatas di Surabaya saja, tempat ia tinggal saat ini. Tanpa ia sadari, ia menjadi belajar banyak hal yang sebelumnnya tidak pernah terpikirkan olehnya. Mulai dari belajar memasak, membuat website, belajar food photography, hingga internet marketing. Ilmu yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan, ilmu yang tidak ia pernah pelajari sebelumnya. “Kanker payudara menjadikanku bersemangat dalam memulai hidup baru, Bangga kepada diri sendiri saat ini bisa menemukan passionku menjadi seorang pebisnis. Semua hal yang tadinya kupikir tidak bisa, sekarang aku bisa lakukan”. ungkap wanita 35 tahun ini dengan penuh bangga.
Saat ini Irma tergabung dalam Reach to Recovery (RRS) Surabaya, sebuah support grup bagi penderita kanker payudara di daerah Surabaya. Irma cukup aktif memberikan kampanye tentang deteksi dini kanker payudara. Menurutnya, kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) pada 1 Oktober 2016 lalu di hotel Mercure Ancol, Jakarta sangat membantu dalam menambah semangat dan motivasi bagi sesama survivor kanker payudara lainnya. Selain itu ia juga dapat berkenalan dengan teman baru dan mengenal dokter-dokter yang kompeten dalam bidang kanker payudara di Indonesia.